Film Viva JKT48 Pertaruhan Citra Grup Idola

- Pada 2011, dunia musik Indonesia diramaikan kehadiran JKT48, sebuah grup musik hasil adaptasi generik dari AKB48 asal Jepang.

Dengan mengusung konsep "tumbuh bersama idola" sebagai jargon andalan, JKT48 secepat kilat mampu merengkuh jutaan penggemar Indonesia.

JKT48 secara profesional memang patut diacungi jempol. Koreografi dibalut kostum yang detail, pemilihan lagu yang tematik, hingga sistem manajemen teratur rapi, bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Adalah Yasushi Akimoto, pria asal jepang yang merancang sedemikian rupa konsep grup idola yang mewabah di Asia.

Setelah sukses menggelar konser reguler di teater "pribadi" di fX Sudirman selama tiga tahun, di tahun 2014 ini JKT48 melakukan gebrakan baru dengan merilis film perdana yang berjudul 'Viva JKT48'. Meski mengusung nama JKT48 yang notabene grup musik, jangan lambungkan ekspektasi Anda bahwa film ini akan berjenis drama musikal, atau dokumenter perjalanan JKT48 dalam dunia musik.

'Viva JKT48' adalah film drama dengan sentuhan komedi slapstick yang mengangkat dengan jelas relasi para idola dengan para penggemar. Sepanjang film, penonton disuguhi gambaran kegigihan seorang penggemar JKT48 yang bahkan hampir bunuh diri ketika sang grup idola terancam bubar.

Delapan dari puluhan anggota JKT48 terpilih menjadi pemeran utama. Mereka adalah Nabilah Ratna Ayu, Melody Nur Ramdhani Laksani, Shinta Naomi, Ayana Shahab, Haruka Nakogawa, Cindy Yuvia, Rona Anggreani, dan Junianatha.

Kedelapan pemeran utama itu secara rapi mampu berbagi porsi dialog sepanjang film dengan akting yang terlihat natural. Suatu usaha yang patut diapresiasi untuk sebuah debut peran dari pemain yang tidak memiliki latar belakang akting.

Garis besar cerita film ini adalah bagaimana para personel JKT48 merebut kembali teater mereka yang "dirampas" grup lain yang berusaha meniru JKT48. Secara jenaka grup lain itu bernama BKT48.

Hal yang mengecoh adalah segala hingar-bingar kemegahan JKT48 justru ditampilkan secara terbalik dalam film ini. Produser mereka digambarkan sebagai seorang yang tampak pasrah dengan nasib JKT48. Pun kondisi finansial JKT48 yang pas-pasan.

Kondisi itu sangat bertolak belakang dengan kehidupan nyata JKT48. Sederhananya, bagaimana mungkin grup musik terkenal yang setiap hari konsernya ramai oleh penonton, tidak memiliki uang yang cukup?

Tentu Awi Suryadi sebagai sutradara yang telah membuat lebih dari sepuluh film layar lebar memiliki alasan tersendiri dalam plot cerita yang dibangun.

Membandingkan kisah dalam film fiksi dan kehidupan nyata memang tidak bisa. Tetapi banyak benang merah yang dapat ditarik. Misal, karakter personel JKT48 dalam film ini ternyata representatif asli dari karakter personel JKT48 di kehidupan nyata. Tetapi, jika konsep cerita dibuat dengan logika terbalik, apakah kualitas dari cerita dalam film tetap menjanjikan?

'Viva JKT48' tidak diperankan oleh aktor dan aktris papan atas Indonesia. Film ini didominasi oleh pemeran-pemeran baru yang sebelumnya terkenal melalui komedi tunggal. Mongol, Soleh Solihun, Babe Cabita, Mudy Taylor, adalah komika yang bakal Anda temui dalam film ini .Pemeran lain yang cukup familier adalah Ayu Dewi yang berperan sebagai wanita ambisius yang ingin menandingi kesuksesan JKT48.

Dengan segala pertimbangan dan perhitungan matang Maxima Pictures selaku rumah produksi, 'Viva JKT48' resmi dirilis hari ini (5 Juni 2014) di seluruh bioskop Indonesia.

Ayoo pada nonton dibioskop kesayangan anda !

Metro TV

0 Response to "Film Viva JKT48 Pertaruhan Citra Grup Idola"

Post a Comment

Aturan Komentar:

1. Dilarang berkomentar SARA dan sejenisnya ! *enek liatnya*
2. Dilarang berkomentar dengan link aktif !
3. Berkomentarlah yang relevan
4. Jika copas sertakan sumbernya
5. Intinya disini gak boleh rusuh :-b